Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua, Faturachman, mengungkapkan optimisme yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Papua.

Dalam acara Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi Papua dan Kajian Tematik Pariwisata, (30/7) di Ballroom kantor BI Papua, Faturachman menyampaikan bahwa ekonomi Papua tumbuh signifikan sebesar 17,5 persen secara tahunan, jauh di atas rata-rata nasional.

Prestasi ini tidak hanya ditopang oleh pertumbuhan ekonomi secara umum, namun juga keberhasilan dalam mengendalikan inflasi. Papua bahkan berhasil menempati posisi kedua sebagai provinsi dengan pengendalian inflasi terbaik.

Faturachman juga menyoroti potensi besar sektor pariwisata sebagai mesin pertumbuhan ekonomi baru di Papua. “Jika kita serius menggarap pariwisata, kita akan memiliki sumber pendapatan yang sangat menjanjikan,” tegasnya.

Untuk mendukung pengembangan sektor pariwisata, Bank Indonesia telah melakukan berbagai kajian, termasuk analisis pergerakan wisatawan, ulasan terhadap fasilitas perhotelan, serta simulasi kunjungan wisata ke Papua.

Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi berbagai pihak untuk memperbaiki kualitas layanan dan infrastruktur pariwisata.

“Kami berharap sektor pariwisata tidak hanya tumbuh secara kuantitatif, tetapi juga berkualitas. Pariwisata yang berkelanjutan harus memperhatikan aspek budaya dan lingkungan,” tambah Faturachman.

Dalam kesempatan yang sama, acara ini dimeriahkan oleh kehadiran narasumber-narasumber kompeten. Direktur Investasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif turut memberikan paparan secara daring, sementara dosen dari Pusat Studi Pariwisata UGM dan Manager Marketing Desa Umbul Ponggok, Klaten, hadir secara langsung untuk berbagi pengalaman.

Direktur Investasi Kemenparekraf menekankan komitmen pemerintah untuk mendorong peningkatan investasi di sektor pariwisata Papua. Dia melihat potensi besar Papua dalam mengembangkan pariwisata berbasis budaya dan alam.

Sementara itu, dosen dari Pusat Studi Pariwisata UGM yang hadir secara langsung, menyoroti pentingnya membangun pariwisata Papua dengan tetap menjaga keaslian budaya lokal.

“Papua memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Tinggal bagaimana kita mengemasnya menjadi produk wisata yang menarik dan berkelanjutan,” ujarnya.

Pengalaman Desa Ponggok, Klaten, yang dibagikan oleh Manager Marketingnya secara langsung, menjadi inspirasi. Desa yang awalnya tertinggal kini telah menjelma menjadi desa wisata yang sukses dengan pendapatan mencapai 16 miliar rupiah per tahun.

Kepala KPw BI Papua, Faturachman, sangat mengapresiasi kehadiran para narasumber. “Kehadiran para narasumber ini semakin memperkaya diskusi kita tentang pengembangan pariwisata di Papua. Kami berharap kolaborasi antara berbagai pihak dapat terus terjalin untuk memajukan sektor pariwisata di Papua,” ujarnya.

Faturachman menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak untuk mengembangkan sektor pariwisata kedepannya.

“Bank Indonesia siap memberikan dukungan dari sisi perbankan, seperti pembiayaan UMKM di sektor pariwisata. Sementara itu, pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan kualitas infrastruktur dan fasilitas umum,” ujarnya.

Sebagai contoh, Faturachman mengapresiasi keberhasilan Desa Ponggok, Klaten, yang berhasil meningkatkan kesejahteraannya melalui pengembangan sektor pariwisata berbasis desa. “Kita bisa belajar dari desa Ponggok dan menerapkan model serupa di Papua,” imbuhnya.

Acara diseminasi ini menggarisbawahi pentingnya pengembangan sektor pariwisata sebagai salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi Papua.

Dengan potensi alam dan budaya yang kaya, Papua memiliki peluang besar untuk menjadi destinasi wisata dunia. Namun, keberhasilan ini membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh pemangku kepentingan.

sumber: https://fokuspapua.com/kepala-bi-papua-sebut-sektor-pariwisata-berpotensi-jadi-mesin-pertumbuhan-ekonomi/