DETAKPAPUA.COM – Sinterklas menjadi sosok yang dinantikan oleh anak-anak menjelang Hari Natal yang jatuh pada 25 Desember.
Tak hanya datang bersama rusa dan keretanya, ia kerap datang bersama dengan seorang Pit Hitam.
Pit Hitam digambarkan sebagai sosok sahabat Santa Klaus yang bertubuh hitam dan ikut membagikan kado Natal kepada anak-anak.
Meskipun demikian, Pit Hitam terkadang juga menegur anak-anak nakal sehingga mereka takut kepadanya. Lantas, siapakah sebenarnya sosok Pit Hitam ini?
Mengenal Pit Hitam
Dikutip dari Al Jazeera (29/11/2019) Pit Hitam merupakan sosok yang kerap dijumpai dalam tradisi menjelang Natal di Belanda.
Namun, ia diyakini datang dari Spanyol dengan naik kapal uap dan membawa karung berisi mainan.
Ketika karungnya kosong, Pit Hitam disebut bakal mengisinya dengan anak-anak nakal yang akan dibawa kembali ke Spanyol.
Salah satu guru sekolah asal Amsterdam, Belanda, Jan Schenkman pertama kali memperkenalkan karakter Pit Hitam (Zwarte Piet) dalam buku bergambar, Sint Nikolaas en zijn Knecht (1850).
Nama Zwarte Piet kemudian muncul di media cetak untuk pertama kalinya pada 1891 dalam buku anak-anak berjudul Het feest van Sint-Nicolaas atau Pesta Saint Nicholas.
Pada era tersebut, Belanda masih terlibat erat dalam perdagangan budak hingga menghapusnya pada 1863.
Sejarawan Lise Koning telah menulis tentang hubungan antara Zwarte Piet dan pertunjukan penyanyi berwajah hitam yang diciptakan di Amerika pada 1800-an.
Dalam versi lain, ada yang menghubungkan Pit Hitam dengan narasi tradisional dari abad pertengahan.
Mereka percaya, kedatangan Santo Nikolas sering kali dipasangkan dengan pembantu gelap yang mewakili iblis atau karakter jahat.
Pit Hitam Dianggap Bentuk Rasisme
Walaupun masih kerap dijumpai di beberapa negara, Pit Hitam dianggap sebagai sosok yang kontroversial.
Ia digambarkan dengan ciri rasial, yaitu wajah hitam, rambut keriting, bibir merah, dan sering memakai anting emas.
Dilansir dari Britannica, saat berbicara, para aktor cenderung menggunakan aksen Suriname, negara bekas koloni Belanda di Amerika Selatan dengan populasi kulit hitam yang cukup besar. Penggambaran rasial tentang Pit Hitam telah menjadi subyek kritik dan protes publik dari kelompok aktivis setidaknya sejak tahun 1980-an.
Pada abad ke-20, kampanye seperti Kick Out Zwarte Piet dan Zwarte Piet Is Racisme telah mengadvokasi untuk mengakhiri tradisi Pit Hitam.
Pelopor gerakan Kick Out Zwarte Piet, Mitchell Esajas mengatakan, orang Belanda cenderung berpendapat bahwa Pit Hitam adalah budaya Belanda.
Namun, Pit Hitam dianggap bagian dari tradisi internasional dengan stereotip rasial yang sangat kental.
Pada 2015, sekolah dasar Belanda mulai melarang penggambaran wajah hitam Zwarte Piet.
Pada 2017 kota Rotterdam juga melarang kostum wajah hitam selama parade tahunan.
Beberapa orang “menyusun” ulang karakter tersebut dan memanggilnya sebagai Pit saja, tanpa ada kata hitam. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com