DETAKPAPUA.COM – Kabupaten Nabire adalah satu di antara kabupaten yang berada di provinsi Papua, Indonesia, yang berbatasan dengan provinsi Papua Barat.
Ibu kota kabupaten ini terletak di punggung pulau papua, yakni distrik Nabire. Jumlah penduduk Kabupaten Nabire berjumlah 172.960 jiwa (2021).
Sebelum mengulas sejarah singkat Kabupaten Nabire maka terlebih dahulu disampaikan uraian secara singkat tentang asal usul dan arti Nabire dari beberapa sumber atau versi.
Uraian mengenai cerita asal-usul dan arti Nabire ini bukanlah untuk dipertentangkan tetapi merupakan wacana untuk dibahas secara bersama, sehingga nantinya bisa diketahui asal-usul dan arti Nabire yang sebenarnya.
BACA JUGA: INI TUJUAN Diskominfo Nabire Luncurkan Buku Kaleidoskop
Dikutip dari laman wikipedia, ada tiga versi dari Suku Wate, Suku Yerisiam, dan Suku Hegure soal asal usul atau arti dari Nabire.
Versi Suku Wate
Berdasarkan cerita dari Suku Wate, bahwa kata Nabire berasal dari kata “Nawi” pada zaman dahulu dipertimbangkan dengan kondisi alam Nabire pada saat itu yang banyak terdapat binatang jangkrik, terutama disepanjang kali Nabire.
Lama kelamaan kata “Nawi” mengalami perubahan penyebutan menjadi Nawire dan akhirnya menjadi Nabire.
Suku Wate yang terdiri dari suku yaitu Waray, Nomei, Raiki, Tawamoni dan Wali yang menggunakan satu bahasa terdiri dari enam kampung dan tiga distrik.
Pada tahun 1958, Konstein Waray yang menjabat sebagai Kepala Kampung Oyehe menyerahkan tempat atau lokasi kepada Pemerintah.
Versi Suku Yerisiam
Menurut versi Suku Yerisiam Nabire berasal dari kata “Navirei” yang artinya daerah ketinggalan atau daerah yang ditinggalkan.
Penyebutan Navirei muncul sebagai nama suatu tempat pada saat diadakan pesta pendamaian ganti daerah antara Suku Hegure dan Suku Yerisiam.
Pengucapan Navirei kemudian berubah menjadi Nabire yang secara resmi dipakai untuk membei nama daerah ini oleh Bupati pertama yaitu Bapak AKBP Surojotanojo, SH (Alm).
BACA JUGA: PILKADA NABIRE: KPU Telah Rampungkan Peliputan Suara Suara Sebanyak 125.454 Lembar
Versi lain suku ini bahwa Nabire berasal dari Na Wyere yang artinya daerah kehilangan.
Pengertian ini berkaitan dengan terjadinya wabah penyakit yang menyerang penduduk setempat, sehingga banyak yang meninggalkan Nabire kembali ke kampungnya dan Nabire menjadi sepi lambat laun penyebutan Na Wyere menjadi Nabire.
Versi Suku Hegure
Versi dari suku ini bahwa Nabire berasal dari Inambre yang artinya pesisir pantai yang ditumbuhi oleh tanaman jenis palem-palem seperti pohon sapu ijuk, pohon enau hutan, pohon nibun dan jenis pohon lainnya.
Akibat adanya hubungan atau komunikasi dengan suku-suku pendatang, lama kelamaan penyebutan Inambre berubah menjadi Nabire.
3 Bupati Sepakat Nabire Jadi Ibu Kota Provinsi Papua Tengah
Tiga pemimpin daerah di wilayah adat Meepago sepakat menjadikan Kabupaten Nabire sebagai ibu kota Provinsi Papua Tengah, apabila nantinya resmi dimekarkan menjadi Daerah Otonomi Baru (DOB).
Ketiga bupati yang bersepakat tersebut ialah Bupati Nabire Mesak Magai, Bupati Paniai Meki Fritz Nawipa, dan Bupati Puncak Jaya Yuni Wonda.
Dalam keterangan persnya kepada awak media di Suni Hotel and Convention Abepura, Kota Jayapura, Selasa (15/2/2022), ketiganya mengungkapkan kesepakatan bersama.
“Isu ataupun kabar Pemekaran Provinsi Papua Tengah itu kan sudah lama, dan sesuai UU No 45 tahun 1999 tentang Pemekaran Papua, itu ada Provinsi Papua dengan ibu Kota Jayapura, Provinsi Papua Barat beribu kota di Manokwari, dan Papua Tengah,” jelas Meki.
BACA JUGA: Lestarikan Budaya, Dinas Pariwisata Nabire Gelar Pelatihan Noken
Menurutnya, hanya Provinsi Papua Tengah yang ibu kotanya belum ditentukan.
Maka itu kepala daerah di wilayah adat Meepago bersepakat, apabila terjadi pemekaran, Kabupaten Nabire harus menjadi ibu kotanya.
“Selain karena alasan Undang-undang tersebut, Kabupaten Nabire juga sebagai Kota Induk, untuk daerah sekitarnya, yakni Deiyai, Intan Jaya, Puncak Jaya, dan Paniai,” sebutnya.
Ditanya soal perkembangan proses Provinsi Papua Tengah menuju DOB, Meki mengatakan, telah dilakukan proses kajian oleh UGM, dan tinggal menunggu proses di DPR RI.
“Kita berpikir saat ini bagaimana Provinsi Papua Tengah dengan ibu kota Nabire, dibandingkan Timika yang sebagai kota industri dan awalnya merupakan pemekaran dari wilayah Fakfak,” tuturnya.
Disinggung soal sejauh mana kesiapan kota yang terkenal dengan buah jeruk itu sebagai ibu kota provinsi, Meki menegaskan lahan Kantor Gubernur Papua Tengah telah disiapkan.
“Dalam waktu dekat, Bupati Nabire akan menaikkan papan nama Kantor Gubernur Papua Tengah di Nabire, lahan kami sudah siapkan, dan dalam waktu dekat akan diundang pihak Komisi II,” katanya.
Sementara itu, Bupati Nabire Mesak Magai menyampaikan pada awalnya, ketika dahulu Papua masih menjadi satu provinsi dengan nama Irian Jaya, terdapat 9 kabupaten.
BACA JUGA: Berkunjung ke Nabire Papua Tengah, Ini Agenda Wamendagri Ribka Haluk
“Sebanyak 9 kabupaten ini adalah Sorong, Fakfak, Manokwari, Paniai yang berpusat di Nabire, Jayapura, Jayawijaya, Merauke, Biak, dan Yapen Waropen,” rinci Mesak.
Dikatakan, ketika Papua hanya memiliki 9 kabupaten tersebut, Kabupaten Paniai memiliki ibu kota di Nabire yang dikenal saat ini.
“Dari situlah, kita bisa ketahui bahwa Kabupaten Nabire merupakan kabupaten tertua di wilayah Meepago, dan Nabire juga telah mengalami pemekaran, menjadi Kabupaten Paniai dan Puncak Jaya,” terangnya.
Kemudian, Kabupaten Nabire dimekarkan kembali menjadi Kabupaten Dogiyai, lalu berlanjut dari Kabupaten Paniai dimekarkan, sehingga muncul Kabupaten Intan Jaya dan Deiyai.
“Tak habis di situ, Kabupaten Puncak Jaya kembali memekarkan satu daerah baru, yang kita kenal saat ini Kabupaten Puncak,” imbuhnya.
Melihat perjalanan riwayat pemekaran tersebut, lantas menurut Mesak, Kabupaten Nabire telah berpredikat sebagai “Kota Induk” dan termasuk kategori kabupaten tertua di Tanah Papua. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com